Tepat tanggal 30 September 2020 yang menjadi peringatan peristiwa G30SPKI atau sehari menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan pidatonya melalui saluran langsung Youtube channel Kemendikbud RI.
Dalam pidatonya Mendikbud menyinggung tentang pancasila yang saat ini hidup dalam sebuah lilin kemanusiaan meski terjadi pandemi Covid-19.
Dengan menganalogikan sebagai lilin Pancasila tenaga kesehatan, mahasiswa, seniman, orang tua, pelaku usaha, dan pimpinan yang memiliki peranan masing-masing dalam pandemi Covid-19 ini.
Secara lengkap pidato tersebut dapat ditampilkan di bawah ini disadur dari laman kemdikbud.go.id
Bismillahirohmanirohim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Om Swastiastu
Namo buddhaya
salam kebajikan
Rahayu
Saudara-saudari sebangsa dan setanah air, hari ini kita merayakan hari Kesaktian Pancasila. Di hari ini kita sebagai bangsa diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi diri.
Kita mengenal Pancasila sebagai falsafah negara kita. Ideologi bangsa kita. Kita mengenal Pancasila sebagai akar yang menyambung masa lalu dan masa depan kita bersama.
Tapi apa arti Pancasila bagi kita dalam kehidupan sehari-hari? Apa makna dari sila-sila Pancasila bagi seorang pemimpin, seorang pekerja, seorang guru, seorang ibu dan seorang anak?
Di masa pandemi seperti sekarang mungkin terasa sulit membayangkan sisi positif dari bencana yang melanda. Karena pandemi ini, kita secara bersamaan mengalami krisis kesehatan, krisis ekonomi, dan krisis pembelajaran.
Tetapi di saat sulit seperti ini, sila-sila Pancasila justru terlihat jelas mendarah daging di masyarakat kita.
Kalau kita melihat sekeliling kita dengan lebih peka, kita bisa melihat begitu banyak pahlawan Pancasila yang menyalakan lilin-lilin kemanusiaan di lingkungannya masing-masing.
Lilin Pancasila terlihat menyala dalam pengorbanan tenaga medis yang mempertaruhkan nyawanya setiap hari untuk menyelamatkan pasien Covid.
Kita melihat ribuan mahasiswa yang sudah kesulitan dengan tantangan pembelajaran daring, menyalonkan dirinya sebagai sukarelawan dalam penanganan Covid.
Lilin Pancasila terlihat menyala di dalam kepemimpinan di masa krisis. Kita melihat pemimpin-pemimpin di sektor pemerintahan dan swasta yang berani mengambil resiko dan bergerak cepat untuk meringankan penderitaan masyarakat.
Kita melihat ribuan pemilik usaha kecil yang mengorbankan labanya agar karyawannya tidak perlu dilepas walaupun pelanggan lenyap.
Kita melihat pemimpin umat di tempat-tempat ibadah yang menggalangkan dana untuk membantu rakyat yang agamanya berbeda dari dirinya.
Kita melihat lilin Pancasila menyala saat seniman-seniman se-nusantara dalam kondisi ekonomi terpuruk masih menyelenggarakan pertunjukan seni secara daring untuk mengingatkan rakyat betapa indahnya kebhinekaan Indonesia.
Kita melihat lilin Pancasila dinyalakan oleh guru-guru yang mendatangi rumah pelajar di daerah-daerah terpencil agar mereka masih bisa belajar.
Kita melihat lilin Pancasila menyala saat orangtua yang setelah seharian mencari nafkah, masih sempat membaca dan bermain dengan anaknya yang kesepian di rumah.
Pada hari ini kita mengingat sejarah kita dan betapa besar pengorbanan nenek moyang kita untuk bangsa ini.
Dan kalau kita melihat dengan seksama, kita bisa menyadari bahwa Kesaktian Pancasila terus mendarah daging di generasi kita.
Di masa krisis seperti ini, lilin-lilin Pancasila menerangi kegelapan di mana-mana.
Pandemi ini menantang negara kita dan menguji ketangguhan kita sebagai rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai pusaka negara Indonesia harus menyala di hati kita masing-masing. Dalam setiap perbuatan kecil dan besar yang bisa kita lakukan bagi sesama.
Selamat Hari Kesaktian Pancasila
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Om Santi Santi Santi om
Namo buddhaya